Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir setiap penghuni
muka bumi ini mengetahui apa itu anime, sekalipun mereka tidak terjun ke dalam
dunianya. Anime dapat dibilang sebagai salah satu daya tarik dari negeri Sakura, karena pada dasarnya mereka jadi menyukai Jepang, entah itu budayanya, bahasanya,
atau tempat wisatanya.
Anime atau dituliskan
dalam katakana アニメ dibaca animé, namun sayangnya, berkat kesotoyan kenyamanan dalam melafalkan, Indonesia memiliki beragam macam dalam menyebut
kata animé. Misalnya saja anime, animu, a-nim, dan e-nim. Tentu saja hal ini
sama sekali tidak masalah. Namun, diharapkan setelah membaca ini kalian jadi
bisa melafalkannya dengan baik, yang berarti juga kalian sudah lebih dekat
dengan animé atau bisa dikatakan pedekate kalian sukses.
Kata animé berasal dari animation dan berkat pronunciation
orang Jepang yang Masya Allah sekali, animation ini jadi disebut
anima-shon. Lalu akhirnya orang Jepang pada tahun 1970 menyebut karya
animasinya sebagai animé.
Animasi itu sendiri muncul ke dunia pada abad ke-20.
Saat itu, para pembuat film mengeksperimenkan teknik animasi yang sudah ada di
Amerika Serikat, Prancis, Jerman, dan Russia. Lalu animasi atau animé di Jepang
lahir pada tahun 1913 setelah First Experiments in Animation yang
dilakukan oleh Shimokawa Bokoten, Koichi Junichi, dan Kitayama Seitaro. Pada
tahun 1917, Oten Shimokawa membuat animé pertama yang mendapat gelar “The
First” dengan judul Imokawa Mukuzo Genkanban no Maki. Tidak dapat
dipungkiri bahwa teknologi adalah segalanya, terbukti dari animé pertama ini,
Oten-san menyelesaikannya dalam kurun waktu 6 bulan hanya untuk animasi yang
berdurasi 5 menit dan bahkan bisu atau tidak memiliki suara. Mengikuti karya
Oten, Seitaro Kitayama pada tahun 1918 menyusul dengan animé Namakura Gatana
(sempat disebut sebagai “The First” karena kesalahan dalam penelitian),
Urashima Taro, Saru Kani Kassén, Momotaro, dan Taro no Banpei. Namun sayangnya,
akibat gempa bumi di Tokyo pada tahun 1923, catatan tentang animé Taro no
Banpei ini hilang. Selain Oten dan Seitaro, ada juga beberapa animator lain,
yaitu Junichi Kouichi (Hanahekonai Meitou no Maki, 1917), Sanae Yamamoto (Obasuteyama,
1924), Noburo Ofuji (Saiyuki, 1926 dan Kujira, 1927), Yasushi Murata (Dobutsu
Olympic Taikai, 1928). Pada 1931, muncul animé pertama yang mempunyai sekuel yaitu
Sarugashima (1930) dan kelanjutannya yaitu Kaizoku-bune.
Imokawa Mukuzo Genkanban no Maki.
Tentang seorang samurai yang sedang mengetes pedangnya dengan suatu target.
Namakura Gatana.
Tentang pedang yang membosankan.
Urashima Taro.
Tentang cinta seorang nelayan pada seorang putri.
Saru Kani Kassen.
Tentang pertarungan antara seekor kera dan kepiting.
Chikara to Onna yo no Naka.
Tentang suami yang takut istri namun berselingkuh dibelakangnya.
Amerika yang pada tahun 1927 telah berhasil membuat
animasi dengan menggunakan background musik diikuti oleh Jepang dengan menghadirkan
animé Kujira karya Noburo Ofuji pada tahun yang sama. Tak puas dengan Kujira,
Ofuji meluncurkan Kuro Nyago yang dapat berbicara pada tahun 1930 dengan durasi
90 detik. Kenzo Masaoka yang merasa kurang puas dengan animé-animé yang telah
ada, pada tahun 1932 atau sebelum Perang Dunia II Masaoka menggunakan optic
track pada animénya, Chikara to Onna no Yononaka.
Dalam tahun 1943 Masaoka bersama
dengan seorang muridnya, Senoo Kosei, membuat kurang lebih lima episode animé
berjudul Momotaro no Umiwashi (Momotaro, the Sea Eagle). Animé yang ditayangkan
ini merupakan animé Jepang pertama dengan durasi lebih dari 30 menit (short
animated feature film). Mendekati akhir dari Perang Pasifik, yaitu pada
bulan April 1945, Senoo telah membuat dan menampilkan kurang lebih sembilan
episode animé yang merupakan karya besarnya, Momotaro: Umi no Shinpei
(Momotaro: Devine Soldier of the Sea). Animé ini merupakan animé Jepang pertama
yang berdurasi panjang, yaitu sekitar 72 menit (animated feature film).
Keduanya adalah animé propaganda yang mengadaptasi dari cerita legenda terkenal
Jepang, Momotaro, dan merupakan salah satu dari animé terpopuler pada masa
tersebut. Noburo Ofuji juga
pernah mencoba membuat animé yang berwarna. Pada saat itu ia membuat animé Ogon
no Hana (1930) dengan hanya 2 warna, tetapi tidak pernah dirilis. Animé pertama
yang dirilis dengan warna baru muncul lama setelah itu yaitu Boku no Yakyu
(1948) karya Megumi Asano.
Setelah Perang Dunia II, industri animé
dan manga bangkit kembali berkat Osamu Tezuka. Tezuka yang dijuluki “Godof Manga” ini pada saat itu baru berusia sekitar 20 tahun, dengan karyanya
Shintakarajima yang terinspirasi dari kartun Disney (1947) ini dalam beberapa
tahun saja menjadi sangat terkenal. Ketika
habis masa kontraknya dengan Toei pada tahun 1962, Tezuka kemudian mendirikan Osamu Tezuka Production Animation
Departement, yang kemudian disebut dengan Mushi Productions dengan produksi
pertamanya film pendek berjudul Aru Machi Kado no Monogatari (1962). Produk
Mushi Production yang terkenal adalah Tetsuwan Atom (Astro Boy). Namun Tetsuwan
Atom bukanlah animasi televisi buatan lokal pertama yang ditayangkan. Tetsuwan
Atom merupakan animé TV seri pertama dengan durasi 30 menit yang sukses go
international.
Astro Boy.
Tentang robot yang mempunyai kekuatan luar biasa.
Ya, berhubung kemageran lagi mampir, kita sudahi dulu pedekate-nya.
Pedekate mulu, get a life dulu kali. Jadi, hikmah yang dapat kita
ambil adalah mari kita juga berusaha dalam menekuni sesuatu, jika ada niat ya
pasti ada niat. Mari Berpedekate Ria akan hadir lagi dengan tema yang berbeda.
Jadi sampai jumpa di Mari Berpedekate Ria lainnya :).
Ditulis oleh : Intan Maryam Safitri () - Div. Kepenulisan JFUIN